Spanyol seperti sempurna. Pelatih Del Bosque memilih partai puncak ini
untuk mengubah sedikit gaya main La Furia Roja. Meski tetap dengan skema
4-6-0 tanpa seorang striker di barisan starter, Spanyol memainkan
sepakbola efektif yang penuh keyakinan.
Del Bosque seakan
membungkam komentar para pengamat, analis dan kolega sesama pelatih yang
menilai timnya bermain membosankan. Spanyol dinilai berusaha memainkan
tiki-taka ala Barcelona yang malah kurang cair, memaksa Cesc Fabregas
memainkan peran Lionel Messi dan lebih senang berputar-putar melepas
bola ke sesama pemain tengah Spanyol.
Tapi di Stadion Olimpic
Kiev, Ukraina, Minggu malam waktu Eropa, Del Bosque membuat Spanyol
tampil berbeda. Filosofi tiki-taka tetap menjadi dasar, namun tidak lagi
menggebu-gebu. Bukan lagi berusaha meniru persis gaya Barcelona. Xavi
Hernandez, Andres Iniesta, David Silva dan Fabregas tidak lagi terlalu
cepat mengoper bola antar sesama.
Mereka mengatur ritme. Lihat
pula bagaimana Xavi mampu menahan diri untuk tidak terlalu sering ikut
naik ke atas. Gelandang Barcelona ini bergantian menambah daya gedor
dengan bek kiri Jordi Alba dan bek kanan Alvaro Arbeloa yang merayap di
sisi lapangan. Alba, yang akan memperkuat Barcelona mulai musim depan,
mampu pula mencetak gol pertamanya untuk tim nasional Spanyol.
Berdasarkan
statistik Opta Index, Spanyol melakukan 577 operan dan 510 diantaranya
sukses mencapai kawan. Ini adalah catatan umpan terendah Spanyol
sepanjang Euro 2012. Statistik umpan tertinggi adalah saat melawan
Republik Irlandia di Grup C dengan 788/860. Sementara saat menyingkirkan
Prancis di perempat final, permainan Spanyol yang dianggap membosankan
melahirkan umpan 612/690.
Del Bosque juga membuktikan ucapan
tentang strateginya tanpa striker di barisan starter. "Fabregas memang
tidak mampu berada di kotak penalti terus menerus. Tapi dia tahu kapan
harus masuk ke kotak penalti pada saat yang tepat," kata Del Bosque
dalam jumpa pers sehari sebelum partai final.
Kenyataannya, gol
pertama Spanyol melalui Silva ke gawang Gianluigi Buffon pada menit
ke-14 berasal dari umpan silang Fabregas yang merangsek masuk kotak
penalti untuk menyambut bola terobosan nan cerdas dari Iniesta.
Pembuktian
tentang keputusan menurunkan penyerang Fernando Torres sebagai pemain
pengganti juga diperlihatkan Del Bosque. "Torres penyerang bagus, tetapi
dia akan lebih bagus ketika tampil di saat pemain belakang lawan sudah
lelah. Di saat seperti itu, Torres akan mampu menciptakan peluang dan
mencetak gol," tegas Del Bosque.
Penyerang Chelsea itu tampil
sebagai pengganti untuk mencetak satu gol dan memberi assist kepada
pemain pengganti lainnya yang juga rekan seklubnya, Juan Mata, sehingga
Spanyol unggul telak 4-0. Torres pun menorehkan rekor sebagai pemain
yang selalu menjadi juara saat timnya mencapai final. Eks pemain
Atletico Madrid dan Liverpool itu menjuarai Piala FA Inggris, Liga
Champions Eropa, Piala Eropa dan Piala Dunia. Bisa jadi takdir, bisa
pula buah dari gairah berdasarkan konsistensi permainan.
Kesempurnaan
permainan Spanyol tak lepas pula dari antiklimaks yang ditunjukkan
Italia. Skuad Cesare Prandelli tampil di bawah standar setelah tampil
cantik dan efektif untuk menundukkan Jerman 2-1 di semifinal.
Kekhawatiran banyak orang soal kebugaran fisik yang terkuras habis pun
terlihat nyata di lapangan.
Barisan pertahanan gagal
berkonsentrasi merapatkan barisan, Daniele De Rossi serta Claudio
Marchisio juga terlihat lelah dengan sejumlah umpannya yang tak lagi
seakurat melawan Jerman. Fisik yang anjlok dan kelelahan hebat yang
dialami Gli Azzurri menjalar ke otot kaki 2 pemainnya.
Bek tengah
Giorgio Chiellini hanya mampu bertahan 21 menit di lapangan akibat
cedera hamstring. Sedangkan Thiago Motta hanya dapat bermain selama lima
menit setelah menggantikan Ricardo Montolivo pada menit ke-56 lantaran
cedera dan membuat Italia harus tampil dengan 10 pemain di sisa waktu
karena kuota pergantian 3 pemain telah habis.
Yang dialami Italia
ini seperti mengamini keluhan pelatih Rafa Benitez ketika masih
menangani Liverpool. "Anda sudah menyiapkan strategi matang sebelum
pertandingan. Ketika pertandingan sudah berjalan, ada pemain Anda yang
cedera sampai harus digantikan sehingga strategi yang telah disiapkan
menjadi tak berguna. Anda terpaksa menyusun ulang strategi bermain
dengan materi seadanya," kata Benitez yang kini tengah menganggur
setelah dipecat Inter Milan pada Desember 2010.
Andrea Pirlo, roh
serangan Italia, juga hanya mendapat ruang gerak yang sempit. Xabi
Alonso tidak pernah menjauh darinya. Gelandang bertahan Real Madrid ini
tak mau mengulangi kesalahan Toni Kroos (Jerman) yang selalu
meninggalkan Pirlo. Alhasil, Pirlo pun kesulitan melepas umpan-umpan
ajaibnya. Apalagi Sergio Ramos dan Gerard Pique tak pernah membiarkan
duet striker Antonio Cassano dan Mario Balotelli berkeliaran bebas untuk
menerima umpan Pirlo atau Montolivo.
Singkatnya, Spanyol
terkesan mengikuti Italia untuk bermain efektif dan sesempurna mungkin
dengan filosofi yang tentu saja berbeda serta pressure kuat. Italia
melakukannya di semifinal dan Spanyol, yang ditahan 1-1 oleh Italia di
penyisihan Grup C, menunjukkannya di final. Del Bosque pun
mendemonstrasikan dirinya sebagai ahli strategi bermental juara.
Pelatih
berusia 61 tahun ini sudah menjuarai Liga Champions (bersama Real
Madrid), Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012. Dia pelatih pertama yang
mampu mencetak rekor bergengsi tersebut.
"Kami menghadapi tim
hebat dan mereka juara dunia. Spanyol mencetak sejarah dan pantas. Kami
sudah melawan mereka di babak grup saat kami masih segar bugar.
Sekarang, di saat kami kelelahan, mereka justru makin kuat. Kali ini
mereka mendominasi kami dan kami harus memberi selamat," pungkas
Prandelli dalam jumpa pers selepas laga final.
Del Bosque dan
Spanyol mencatat prestasi yang belum pernah dicapai pelatih dan negara
lain. Sebuah pencapaian tertinggi yang patut diapresiasi.
27/09/12
Home »
bola dunia
» Permainan Spanyol yang Sempurna
Permainan Spanyol yang Sempurna
datanews | 27/09/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar