Setyo Cipto, mantan asisten pelatih Sriwijaya FC, meninggal dunia akibat
serangan jantung mendadak saat bermain futsal di awal Desemmber 2012
lalu. Kasus ini bukan kali pertama terjadi. Lima tahun silam, pelawak
Basuki juga meninggal dunia usai berolahraga futsal.
Lalu apakah itu berarti futsal berisiko menyebabkan serangan jantung mendadak?
“Olahraga futsal bukan merupakan faktor risiko timbulnya serangan jantung mendadak,” kata dokter spesialis kedokteran olahraga dari Universitas Andalas, dr Afriwardi, SpKO.
Akan tetapi aktivitas fisik yang mendadak dan berat, apapun bentuk aktivitas fisiknya termasuk futsal, memang dapat memicu timbulnya serangan jantung mendadak. “Terutama bagi orang-orang yang memang memiliki faktor risiko seperti hipertensi, hiperlipidemia, jantung koroner dan orang tak terlatih,” imbuh doktor ilmu biomedik ini.
Menurut dr Afriwardi, pada umumnya serangan jantung mendadak setelah berolahraga terjadi karena orang melakukannya secara tidak proporsional. Olahraga dilakukan dengan dosis atau porsi yang berlebihan, sehingga kebutuhan oksigenasi jaringan terutama otot jantung menjadi tidak kuat.
“Keadaan ini memicu timbulnya gangguan jantung, sehingga dapat menyebabkan kematian,” jelasnya.
Dr Afriwardi menyarankan agar aman berolahraga setiap orang perlu memperhatikan kaidah berolahraga. Lakukan futsal secara baik, benar, teratur dan terukur. Selain itu, setiap pemain futsal hendaknya memegang prinsip utama yang harus dilakukan, yaitu selalu memulainya dengan fase pemanasan dan diakhiri pendinginan.
“Hal lain yang perlu diperhatikan adalah lamanya permainan. Sering terjadi karena keasyikan, orang bisa bermain futsal sampai lebih dua jam,” tutur dr Afriwardi.
Mengenai berapa lama waktu yang direkomendasikan untuk bermain futsal secara aman, ia mengatakan bahwa semua itu sangat tergantung kepada adaptasi pemain. Artinya, pemain terlatih dapat bermain lebih lama.
“Berbeda dengan masyarakat umum yang tidak terlatih, maksimal tidak lebih dari 1 jam. Itupun harus dilakukan dengan intensitas rendah dulu. Nah, kalau sudah rutin dilakukan, intensitasnya boleh ditingkatkan,” jelasnya.
Bermain futsal adalah olahraga paling gampang dan menyenangkan pada saat ini. Futsal tidak membutuhkan banyak pemain. Permainannya juga bisa dilakukan di dalam gedung yang teduh atau tidak terpanggang sinar matahari. Lapangan futsal juga mudah ditemui di dekat perkantoran atau dekat dengan pemukiman, sehingga menjadi salah satu bagian dari rekreasi. Biaya untuk bermain futsal juga relatif terjangkau. Biasanya orang yang futsal sama-sama mengumpulkan uangnya saat bermain.
Tak heran bila penggemar futsal datang dari berbagai kalangan ekonomi dan usia.
Menurut dr Afriwardi, dilihat dari sisi usia tidak ada batasan orang boleh bermain futsal atau tidak. “Namun sebaiknya, olahraga futsal dibatasi setelah usia 45 tahun, mengingat proses degeneratif (penuaan) yang terjadi,” kata dokter yang mengambil spesialisasi kedokteran olahraganya di Universitas Indonesia itu.
Perlu diketahui beban anaerobik olahraga futsal lebih berat dibanding sepak bola konvensional. Olahraga futsal yang dimainkan di lapangan lebih sempit justru dimainkan dengan tempo yang relatif lebih cepat dibanding sepak bola konvensional di lapangan lebih luas.
Menurut dr Afriwardi, semua orang yang memiliki risiko gangguan kardiovaskuler perlu menghindari aktivitas fisik dengan porsi besar, seperti futsal, bulu tangkis dan olah raga lain. Apalagi jika olah raga tersebut dominasi penggunaan energi anaerobik.
“Jadi bagi orang dengan penyakit jantung koroner dan hipertensi yang tidak terkontrol, disarankan tidak bermain futsal,” tandasnya.
Lalu apakah itu berarti futsal berisiko menyebabkan serangan jantung mendadak?
“Olahraga futsal bukan merupakan faktor risiko timbulnya serangan jantung mendadak,” kata dokter spesialis kedokteran olahraga dari Universitas Andalas, dr Afriwardi, SpKO.
Akan tetapi aktivitas fisik yang mendadak dan berat, apapun bentuk aktivitas fisiknya termasuk futsal, memang dapat memicu timbulnya serangan jantung mendadak. “Terutama bagi orang-orang yang memang memiliki faktor risiko seperti hipertensi, hiperlipidemia, jantung koroner dan orang tak terlatih,” imbuh doktor ilmu biomedik ini.
Menurut dr Afriwardi, pada umumnya serangan jantung mendadak setelah berolahraga terjadi karena orang melakukannya secara tidak proporsional. Olahraga dilakukan dengan dosis atau porsi yang berlebihan, sehingga kebutuhan oksigenasi jaringan terutama otot jantung menjadi tidak kuat.
“Keadaan ini memicu timbulnya gangguan jantung, sehingga dapat menyebabkan kematian,” jelasnya.
Dr Afriwardi menyarankan agar aman berolahraga setiap orang perlu memperhatikan kaidah berolahraga. Lakukan futsal secara baik, benar, teratur dan terukur. Selain itu, setiap pemain futsal hendaknya memegang prinsip utama yang harus dilakukan, yaitu selalu memulainya dengan fase pemanasan dan diakhiri pendinginan.
“Hal lain yang perlu diperhatikan adalah lamanya permainan. Sering terjadi karena keasyikan, orang bisa bermain futsal sampai lebih dua jam,” tutur dr Afriwardi.
Mengenai berapa lama waktu yang direkomendasikan untuk bermain futsal secara aman, ia mengatakan bahwa semua itu sangat tergantung kepada adaptasi pemain. Artinya, pemain terlatih dapat bermain lebih lama.
“Berbeda dengan masyarakat umum yang tidak terlatih, maksimal tidak lebih dari 1 jam. Itupun harus dilakukan dengan intensitas rendah dulu. Nah, kalau sudah rutin dilakukan, intensitasnya boleh ditingkatkan,” jelasnya.
Bermain futsal adalah olahraga paling gampang dan menyenangkan pada saat ini. Futsal tidak membutuhkan banyak pemain. Permainannya juga bisa dilakukan di dalam gedung yang teduh atau tidak terpanggang sinar matahari. Lapangan futsal juga mudah ditemui di dekat perkantoran atau dekat dengan pemukiman, sehingga menjadi salah satu bagian dari rekreasi. Biaya untuk bermain futsal juga relatif terjangkau. Biasanya orang yang futsal sama-sama mengumpulkan uangnya saat bermain.
Tak heran bila penggemar futsal datang dari berbagai kalangan ekonomi dan usia.
Menurut dr Afriwardi, dilihat dari sisi usia tidak ada batasan orang boleh bermain futsal atau tidak. “Namun sebaiknya, olahraga futsal dibatasi setelah usia 45 tahun, mengingat proses degeneratif (penuaan) yang terjadi,” kata dokter yang mengambil spesialisasi kedokteran olahraganya di Universitas Indonesia itu.
Perlu diketahui beban anaerobik olahraga futsal lebih berat dibanding sepak bola konvensional. Olahraga futsal yang dimainkan di lapangan lebih sempit justru dimainkan dengan tempo yang relatif lebih cepat dibanding sepak bola konvensional di lapangan lebih luas.
Menurut dr Afriwardi, semua orang yang memiliki risiko gangguan kardiovaskuler perlu menghindari aktivitas fisik dengan porsi besar, seperti futsal, bulu tangkis dan olah raga lain. Apalagi jika olah raga tersebut dominasi penggunaan energi anaerobik.
“Jadi bagi orang dengan penyakit jantung koroner dan hipertensi yang tidak terkontrol, disarankan tidak bermain futsal,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar